Mencari
Ilmu Ke Negeri Gingseng
Nama
saya adalah Muhammad Rizaldi, saya biasa di panggil Rizaldi. Saya lahir di
Bandung, pada tanggal 18 Agustus 1997. Saya anak keempat dari empat bersaudara.
Pengalaman
terbaik dalam kehidupan saya adalah taekwondo. Kenapa taekwondo? Karena hampir
setengah hidup saya adalah taekwondo. Taekwondo merupakan seni bela diri dari Korea.
Ini adalah salah satu seni bela dari populer di dunia yang dipertandingan di
Olimpiade. Dalam bahasa Korea Tae berarti “menendang”, Kwon berarti “tinju”,
dan Do berarti “seni”.
Korea
adalah tempatnya para atlet taekwondo hebat di dunia. Karena itu, banyak sekali
atlet-atlet belahan dunia yang datang ke Korea untuk latihan atau “try out”
karena disana adalah kiblat para atlet taekwondo.
Perkembangan
taekwondo di Indonesia sudah sangat banyak dan semakin hari semakin banyak
atlet-atlet yang baru, muda, dan berprestasi. Di Indonesia ada yang disebut
dengan PON (Pekan Olahraga Nasional). PON adalah puncak kecapaian tertinggi
dalam tingkat nasional. Provinsi-provinsi di Indonesia saling berlomba untuk
mencapai atau mendapatkan medali emas PON untuk masing-masing daerah atau
provinsinya. Termasuk saya dan tim Jawa Barat.
Tim
Jawa Barat ini ingin mendapatkan hasil yang terbaik karena tim tersebut menjadi
tuan rumah dalam penyelenggaraan 4 tahunan ini. Dalam rangka ingin merebut
“Jabar Kahiji” segala upaya dilakukan sampai tim ini di berangkatkan untuk
latihan atau “try out” di Korea. Ini adalah pengalaman hidup terbaik saya
karena saya bisa diberi kesempatan latihan di negeri gingseng. Saya tidak akan
menyianyiakan kesempatan ini saya harus semangat menjalani latihan selama di
Korea selama 2 bulan. Saya ingin membanggakan semua masyarakat Jawa Barat dan
khususnya kedua orang tua saya dengan prestasi yang saya raih.
Sedatang
kami di Korea dengan perjalanan yang cukup jauh sekitar 7 jam dipesawat
dilanjut 5 jam perjalanan dari kota Seoul ke kota Yeongcheon. Hari itu sangat
melelahkan karena saya baru sekali menempuh perjalanan sejauh itu. Keadaan di
Korea sangat lah bersih, rapih, dan disiplin. Itu patut jadi teladan kita warga
Indonesia yang saya nilai kurang paham dengan hal tersebut. Makanan disana
sangatlah sehat mungkin untuk lidah kita yang biasa memakan makanan berbumbu
dan asin akan sedikit kesulitan untuk adaptasi makanan di Korea. Karena
rasannya sangat hambar dan mungkin bumbu-bumbunya sedikit aneh. Kita harus
banyak beradaptasi disana dari makanan, cuaca, dan cara hidup di Korea berbeda
dengan di Indonesia. Sesampai kami di kota Yeongcheon kami langsung bergegas
masuk ke dalam kamar karena badan yang sangat lelah dan pegal.
Keesokan
harinya kami di beri informasi oleh pelatih untuk latihan lari ke gunung. Kami
dengan kemampuan fisik dan badan yang belum stabil harus memaksakan latihan itu
karena tidak boleh berlama lama dan menghabiskan waktu percuma. Sesampailah
kami di jalur gunung itu yang jaraknya kurang lebih 10km dan sangat menanjak.
Kami diberi waktu maksimal 2 jam untuk sampai ke tempat yang ditentukan. Saya
disitu sangat stress karena kemampuan
fisik saya yang sangat rendah. Tetapi saya ingat dengan tekad saya datang untuk
apa. Dan akhirnya sampailah di garis akhir saya langsung merasakan semua
penyakit mulai dari pusing, mual, dan banyak sekali ingin rasanya melompat ke
dalam jurang. Inilah pembuka latihan di Korea ini baru awal masih banyak
rintangan yang harus di lewati.
Seminggu
kemudian kami sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Latihan
berikutnya sparring. Sparring inilah yang saya tunggu-tunggu karena dari
latihan sparring ini banyak dapat tehnik, skill, dan mental yang kuat. Hari
pertama kami sparring sangatlah buruk kami kalah telak oleh atlet Korea mungkin
kami kurang masih kurang latihan. Tapi tak apa karena semua pasti ada
manfaatnya walaupun kalah telak setidaknya kita sudah berjuang dan akan belajar
lagi dari kegagalan itu.
Semakin
lama semakin jenuh badan dan pikiran kita. Sudah hampir 3 minggu kita
latihan-latihan dan latihan. Tetapi kita tidak boleh menyerah karena niat dari
awal untuk apa kita ke Korea kalau tidak latihan semaksimal mungkin. Pengalaman
terbaik saya disana adalah bisa menemui juara-juara dunia dan saya merasakan
latihan sparring dengan mereka. Walaupun di atas kertas saya kalah tapi
semangat juang saya tidak mau kalah saya tidak peduli mereka juara dunia atau
bukan yang penting saya berani dan ambil sisi positif dari tehnik atau mental
mereka.
Dan
akhirnya selesailah latihan di ‘Negeri Gingseng” kami sangat banyak sekali mendapatkan
pelajaran dan manfaat yang sangat berguna nanti di Indonesia untuk pertandingan
nanti dan di amalkan kepada adik-adik di Indonesia khususnya Jawa Barat.
Inilah
cerita dan pengalaman kehidupan saya yang singkat, yang telah saya lakukan dan
jalani, semoga bisa menjadi orang yang berhasil dan membanggakan bagi orang
tua, keluarga, bangsa, dan Negara ini.